17 Desember 2010

Rubrik Penilaian Lomba SKJ 2008

Dalam rangka mengisi kekosongan pelajaran dimana setelah menyelesaikan ujian semester I/ganjil Tahun pelajaran 2010/2011 sekaligus men-sosialisasi SKJ 2008 maka diadakan class meeting, bersama ini disampaikan kepada seluruh siswa-siswi SMP Negeri 1 Balai Riam untuk ikut serta dalam hal tersebut dengan mengikuti lomba SENAM SKJ (senam kebugaran jasmani) 2008.

Syarat-syarat pendaftaran :
1.Peserta adalah semua siswa-siswi SMP Negeri 1 Balai Riam (diwajibkan).
2.Pendaftaran dilakukan oleh ketua kelas kepada Wali kelas atau melaporkan langsung ke guru olahraga masing-masing.
3.Sebelum pertandingan akan diadakan pencabutan undian nomor urut untuk tampil.
4.Kostum peserta menggunakan baju olahraga SMP Negeri 1 Balai Riam.
5.Yang mendapatkan nilai tertinggi 1, 2 dan 3 berhak mendapatkan hadiah.
6.Pelaksanaan waktu lomba akan diinformasikan kemudian. (rencana sabtu atau senin)
7.Saran, masukan sangat dibutuhkan demi perbaikan.

Hal yang di nilai dan perlu diperhatikan dalam lomba :
1.Peran serta kelas.
misalkan kelas VII A berjumlah 30 orang, dari jumlah tersebut hanya 20 orang yang mengikuti lomba senam, maka cara menghitung nilainya adalah 20 : 30 *100% = 67 (bobot nilai antara 0 - 100)
2.Nilai gerakan.
>> semua gerakan dalam SKJ 2008 hampir menggunakan seluruh anggota tubuh, terutama gerakan kepala, tangan, pinggang, dan gerakan kaki.
- Gerakan Pemanasan
- Gerakan Peralihan
- Gerakan Inti
- Gerakan Pendinginan
(masing-masing bobot nilai antara 0 - 100)
3.Penguasaan gerakan secara keseluruhan.
>> misalkan kelas VII A berjumlah 30 orang, dari jumlah tersebut diperkiran hanya 20 orang yang benar-benar dapat melakukan senam dengan baik (tugas juri) maka cara menghitung nilainya adalah 20 : 30 *100% = 67 (bobot nilai antara 0 - 100)
4.Keseragaman gerakan.
>> Penilaian dalam tahap ini adalah gerakan dari seluruh peserta apakah serentak dan dalam hitungan yang sama. (bobot nilai antara 0 - 100)
5.Formasi barisan dan kerapian.
Formasi barisan dapat ditentukan masing-masing peserta (berbanjar, bersap atau setengah lingkaran alias “bebas”) karena penilai (juri) dapat melihat dari berbagai sudut, termasuk Kerapian berpakaian dan kebersihan dari para peserta. (bobot nilai antara 0 - 100)
6.Rubrik penilaian ada di juri.
7.Hasil keputusan juri tidak bisa diganggu gugat (independen).
8.Hal-hal yang belum lengkap dalam syarat penilaian ini akan disempurnakan kemudian.


Contoh Rubrik Penilaian yang coba persiapkan

RUBRIK PENILAIAN LOMBA SKJ 2008
CLASS MEETING SEMESTER I TP 2010/2011
SMP NEGERI I BALAI RIAM

KELAS :

NO JENIS PENILAIAN SCORE CATATAN
1 Peran serta tim (kelas)
2 Gerakan Pemanasan
3 Gerakan Peralihan
4 Gerakan Inti
5 Gerakan Pendinginan
6 Penguasaan Gerakan (all)
7 Keseragaman (irama) gerakan
8 Formasi Barisan & kerapian



JUMLAH SCORE



Ttd
PANITIA

(yang menjadi peraih score terbanyak otomatis yang akan menjadi pemenang)

03 Desember 2010

MEMPRODUKSI BENIH SAWIT

Sekarang ini disinyalir sudah ada ratusan ribu areal tanaman sawit di Sumatera yang menggunakan benih sawit palsu. Benih sawit palsu ini sering pula disebut sebagai benih liar. Ciri-ciri benih liar yang paling kelihatan adalah tidak seragam. Mulai dari tinggi tanaman, jumlah dan lebar daunnya, sampai ke ukuran (diameter) pangkal batangnya. Ketidakseragaman ini disebabkan oleh asal-usul biji yang disemai juga tidak seragam. Biasanya biji untuk benih liar ini, berasal dari banyak individu tanaman yang juga tidak seragam. Malahan ada pula penangkar yang mengumpulkan kecambah yang banyak tumbuh di sekitar tajuk tanaman, termasuk yang berkecambah di batang tanaman. Kecambah inilah yang kemudian dipindahkan ke polybag dan dipasarkan sebagai benih sawit komersial.

Maraknya pemalsuan benih sawit tentu tidak terlepas dari adanya permintaan dan suplai yang tidak berimbang. Tingginya permintaan benih sawit disebabkan oleh masih besarnya pangsa pasar minyak nabati. Dan sampai saat ini, minyak nabati termurah masih yang dihasilkan oleh buah kelapa sawit. Tingginya minat masyarakat untuk mengembangkan sawit ternyata tidak diikuti oleh suplai benih sesuai dengan permintaan. Karena biji sawit sangat murah dan sekaligus mudah dikecambahkan, maka peluang ini pun ditangkap oleh para spekulan dengan memproduksi benih palsu. Masyarakat awam yang tidak terlalu mengenal seluk-beluk persawitan dengan mudah menjadi korban penipuan. Sebab secara sepintas, benih palsu ini memang sulit untuk dibedakan dari benih asli, kecuali bagi mata ahli yang sudah berpengalaman dengan dunia kelapa sawit.

Dampak dari penggunaan benih palsu sebenarnya sudah akan mulai tampak sejak dini. Benih yang dipindahkan ke lahan penanaman tidak akan merespon situasi baru ini secara positif. Tanaman dari benih palsu ini akan tumbuh dengan tingkat keseragaman yang juga sangat rendah. Ada yang tumbuh dengan sangat subur seperti halnya benih sawit asli, namun kebanyakan akan tumbuh kerdil. Setelah setahun berada di lahan penanaman, benih liar ini akan banyak yang mati, karena rentan terhadap serangan hama serta penyakit. Namun dampak dari benih liar ini baru akan sangat dirasakan oleh para petani atau pengusaha perkebunan ketika tanaman tersebut mulai berproduksi. Kalau tanaman sawit dengan benih unggul akan mampu berproduksi antara 30 sd. 40 ton Tandan Buah Segar (TBS) per hektar per tahun, maka benih liar ini hanya akan berproduksi jauh di bawah 30 ton per hektar per tahun.

Sawit budidaya merupakan hasil silangan antara kelapa sawit liar Afrika Barat (Elaeis guineensis) dan sawit dari liar Amerika Tengah/Latin (Elaeis malanococca). Hasil silangan ini telah menciptakan hibrida maupun verietas-varietas unggul baru. Benih itu disebut hibrida kalau merupakan silangan dari dua tanaman induk yang hasilnya hanya bisa dijadikan tanaman produksi, bukan untuk menghasilkan benih baru. Kalau biji sawit benih hibrida ini kembali dibenihkan, maka hasilnya akan kembali sama dengan dua induk tetuanya. Benih varietas, apabila hasil silangan dari dua induk itu menghasilkan sifat-sifat yang permanen yang akan menurun. Benih varietas bisa dihasilkan oleh individu tanaman dari varietas tersebut. Verietas kelapa sawit bisa dibedakan karena ketebalan daging buahnya (sabutnya), tempurung serta dari perbedaan warna kulit buahnya.

Pembagian varietas karena ketebalan tempurung dan daging buah antara lain menghasilkan varietas Dura, Pisifera, Tenera, Macro Carya dan Diwikka-Wakka. Varietas yang menghasilkan rendemen minyak (Crude Palm Oil = CPO) paling banyak adalah Tenera, yakni 22 sd. 24%. Sementara varietas lainnya kurang dari 20%. Buah kelapa sawit yang menghasilkan CPO adalah bagian sabutnya. Sementara kelapanya yang berada di dalam tempurung, menghasilkan minyak inti yang rendemennya sangat kecil dengan nilai komersial yang juga rendah. Pembagian varietas berdasarkan ketebalan daging buahnya selalu menjadi pertimbangan utama para calon pekebun. Sementara pembagian varietas atas dasar warna kulit buah kurang menjadi pertimbangan.

Berdasarkan perbedaan warna kulit buah, varietas-varietasnya adalah: Nigrescens, Virescens dan Albescens. Nigrescens berwarna ungu dan hitam ketika muda dan oranye setelah masak. Virescens hijau muda ketika muda dan kemerahan dengan ujung tetap hijau ketika masak. Albescens berwarna keutih-putihan ketika muda dan menjadi kuning dengan ujung keunguan ketika masak. Umumnya benih sawit unggul merupakan hibrida antara varietas-varietas yang ada. Salah satu benih unggul sawit yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Sumatera Utara adalah persilangan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan Pisifera sebagai induk jantan. Varietas Dura yang dijadikan induk silangan di Marihat adalah hasil keturunan kelapa sawit yang ada di kebun Raya Bogor, yang disebut Dura Deli.

Dura Deli yang selama ini dijadikan sebagai induk betina dalam menghasilkan benih hibrida adalah: Dura Deli Marihat 434B X 34C; 425 B X 435 B; dan 34C X 34C. Dura Deli D. Sinumbah , Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir 533 X 533; 544 X 571; dan 001 X 044. Dura Dumpy Pabatu 206 Malaysia. Dura Deli G. Bayu dan G. Melayu. Dura Deli IRHO dan Socfin dari PantaiGading D8D, D115P, D118D, D300D, D661D, L270D, L409D, dan L414D. Sementara varietas Pisifera yang biasa dijadikan sebagai induk jantan adalah: Pisifera D. Sinumbah dan Bah Jambi EX5, H5, H11, zz14, DD7, H18, FF11, F17. Pisifera Marihat dari Kamerun dengan nomor 424 dan 968. Pisifera SP 540 T dari Kongo dengan nomor 943, 1019, 1024, 1276 dan 1298. Pisifera La Me L2T, L7T, L9T, dan L14. Pisifera Yangambi dari Pantai Gading dengan nomor L238T, L239T, L718T dan L432T. Pisifera Nifor 30-881, 30-4744, 25-1398, 46-1026, dan 31-246T.

Tahun 1985, Menteri Pertanian RI telah mengeluarkan SK pelepasan enam varietas unggul sawit. Keenam varietas tersebut adalah: 1 Deli Dura X Pisifera Dolok Sinumbah H5 X E X 5 dengan produksi TBS 27,6 ton per hektar per tahun dengan rendemen 24,5%. 2 Deli Dura X Pisifera bah Jambi H5 X E X 5 dengan produksi 28,5 ton TBS dan rendemen 24,5%. 3 Delidura X Pisifera Marihat 424, 968 yang mampu berprodukdi 27,5 ton TBS dengan rendemen 24,3%. 4 Delidura X Pisifera La Me L2T, L7T, L9T, dan L14T dengan produksi 30,2 TBS dan rendemen 23,2%. 5 Delidura X Pisifera Yangambi L239T, L718T dengan hasil 28 ton dan rendemen 24,8%. Delidura X Pisifera Avros SP540T dengan produksi 25,9 dan rendemen 24,8%. Meskipun induk dari varitas-varietas itu sudah ada dan teknologi penangkarannya juga lengkap, namun tidak banyak investor yang tertarik untuk bergerak menangani breeding.

Para investor kebanyakan lebih tertarik untuk membuka kebun produksi dengan mendirikan pabriknya. Padahal tanpa adanya suplai benih yang baik, maka mustahil kita akan mampu memperoleh hasil sawit yang mutunya baik. Keengganan para investor untuk terjun ke bisnis penangkaran benih disebabkan oleh rumitnya pelaksanaan breeding, terutama untuk menghasilkan biji semai. Setelah kita memiliki pohon induk jantan dan betina, maka tiap hari polen dari induk jantan harus diambil. Bunga jantan yang akan diambil polennya, harus dibungkus rapat dengan kain terpal. Pembungkusan dilakukan 10 hari sebelum bunga mekar untuk menghindari gangguan serangga atau tikus. Menjelang mekar, tandan bunga jantan dipotong. Pemekaran bunga dan pengambilan polennya dilakukan dalam lab. Sementara itu bunga betina juga harus ditutup agar tidak terjadi persarian bebas. Berikutnya, tandan bunga induk betina dibuka dan dilakukan penghembusan dengan polen dari bunga jantan yang telah diproses dalam lab. Setelah dilakukan polinasi, kembali bunga bentina itu dibungkus.

Sekitar 14 hari setelah dilakukan persarian, bunga betina dibuka dan bunga itu dibiarkan tumbuh menjadi tandan buah. Buah sawit hasil silangan inilah yang nantinya akan dipanen sebagai benih unggul. Penanganan pasca panen TBS untuk benih, tentu beda dengan TBS untuk produksi CPO. TBS calon benih ini mula-mula diurai (buah dipisahkan dari tandan) kemudian diperam dalam kotak kayu selama satu minggu. Gunanya, untuk mematangkan daging buah (sabutnya), hingga nantinya akan mudah dilakukan pengupasan (depulping). Setelah diperam, buah sawit itu dikupas selama 45 menit lalu diangin-anginkan dalam rak pengeringan selama semalam. Biji inilah yang kemudian diseleksi untuk disemai menjadi benih kelapa sawit bermutu. Karena rumitnya proses pembuatan benih, maka tidak mengherankan kalau hanya sedikit investor yang tertarik untuk menanganinya.

Sebenarnya ada teknologi untuk menghasilkan benih secara massal melalui teknologi kultur jaringan (tissue culture). Tahun 1970an, tissue culture sawit pertama dilakukan di Perancis oleh Institut de Recheeches les Huiles et Oleagineux = IRHO). Tidak lama kemudian disusul oleh Unilever Research Laboratory of London di Inggris. Di Indonesia teknologi kultur jaringan ini antara lain dilakukan di Marihat Sumatara Utara. Namun pembenihan dengan teknologi kultur jaringan ini juga ada kelemahannya. Pertama, jangka waktu antara pengambilan eksplan (jaringan) sampai dengan tanaman diaklimatisasi, akan memakan waktu bertahun-tahun. Meskipun dengan teknologi ini bisa dihasilkan benih tanaman dengan populasi hampir tanpa batas. Namun proses aklimatisasinya juga cukup rumit dan mahal. Namun yang paling mengecewakan adalah ternyata teknologi pembenihan vegetatif ini juga tidak bisa menjamin bahwa hasilnya secara genetik bisa persis sama dengan tanaman induknya.
(://foragri.blogsome.com/memproduksi-benih-sawit-bermutu/)

KISI-KISI SOAL PJOK KELAS 9

NO SOAL PILIHAN A PILIHAN B PILIHAN C PILIHAN D 1 Jumlah pemain ...